No 1: Jepang
Intensitas Energi: 4.519 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 22,6 milion lipat empat BTUs
Sebagai raksasa ekonomi, Jepang yang dikenal sebagai negeri kepulauan memiliki kebutuhan yang tingggi akan sumber-sumber energi. Kedekatan itu merupakan harga mati, agar roda ekonomi tetap tumbuh, tanpa harus tercekik oleh impor energi yang semakin terbatas dan berharga mahal. Saat ini Jepang telah berpaling ke efisiensi energi untuk mengurangi konsumsi energi fosil (bahan bakar) dan sekaligus untuk mengontrol emisi karbon dioksida.
No 2: Denmark
Intensitas Energi: 4.845 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: BTUs kuadriliun ,83
Bukan kebetulan bila negeri kecil di Eropa Barat ini, menyodok ke peringkat dua. Hal ini berkat kebijakan energi yang sudah berjalan lama dan upaya agresif pemerintah (termasuk pajak energi yang tinggi) untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil asing. Denmark tampaknya mengambil pelajaran penting dari krisis minyak 1973, yang pernah menyebabkan mereka kelimpungan dalam memasok kebutuhan energi.
No 3: Swiss
Intensitas Energi: 4.901 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 1.27 kuadriliun BTUs
Satu inisiatif di Swiss yang telah berkontribusi pada peningkatan efisiensi energi, adalah kebijakan menunjuk kota-kota sebagai "energiestadts" atau energi kota. Menurut badan PBB, OECD mengenai tinjauan lingkungan, pemerintah daerah bekerja untuk mendapatkan label, serta pemerintah lainnya dibantu kalangan swasta, menjadikan Swiss mampu mencapai 29% peningkatan efisiensi energi pada tahun 2004 saja. Itu bagian dari alasan mengapa Indeks Kinerja Lingkungan 2008 yang diumumkan oleh Universitas Columbia dan Universitas Yale mendudukkan Swiss sebagai negara hijau dunia.
No 4: Hong Kong
Intensitas Energi: 4.911 BTUs
Konsumsi:1,04 milion lipat empat BTUs
Salah satu keuntungan dari memiliki sedikit tanah sebagai Hong Kong: ada tidak cukup banyak ruang untuk membangun pabrik-pabrik dengan intensitas energi tinggi. Meski Hong Kong kini merupakan wilayah administratif khusus Cina, konsumsi energi masih dilacak secara independen oleh badan khusus, yakni Administrasi Informasi Energi. Badan ini juga mencatat, konsumsi energi Hong Kong jauh lebih baik daripada Cina. Cina menggunakan 35.000 BTUs per dolar PDB - lebih dari tujuh kali lebih banyak dibandingkan Hong Kong.
No 5: Irlandia
Intensitas Energi: 5.315 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 0,66 milion lipat empat BTUs
Sebuah laporan mengenai energi berkelanjutan 2007 yang diterbitkan oleh Badan Energi Nasional Irlandia, menemukan bahwa Irlandia adalah salah satu negara dengan tingkat efisiensi energi yang terbilang tinggi. Berbagai formula dan kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah Irlandia, mendorong perubahan-perubahan struktural dalam industri. Dalam beberapa dekade terakhir, kebijakan industri Irlandia lebih difokuskan pada peningkatan pembuatan obat-obatan dan elektronik. Satu keuntungan dari kebijakan: Ini adalah rendah intensitas energi industri.
No 6: Inggris
Intensitas Energi: 6.145 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 10 kuadriliun BTUs
Meskipun Uni Eropa merupakan produsen terbesar minyak dan gas alam, Inggris tidak dapat menghasilkan daya yang cukup untuk ekonominya. Inggris sekarang menjadi pengimpor gas alam dan akan segera menjadi pengimpor bersih minyak. Untuk memenuhi tantangan ini, negara yang dipimpin oleh Gordon Brown itu sedang mengejar efisiensi energi yang lebih tinggi.
No 7: Israel
Intensitas Energi: 6.719 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 0,85 milion lipat empat BTUs
Timur Tengah dan Afrika Utara selama ini dikenal sebagai salah satu daerah terburuk untuk efisiensi energi. Sumber daya alam yang melimpah telah meninggalkan sebagian besar wilayah dengan sedikit insentif untuk fokus pada efisiensi. Namun hal itu tidak berlaku pada Israel. Kurangnya persediaan dan keinginan untuk menjadi negara dengan predikat pasca ekonomi industri, telah mengakibatkan negeri Zionis itu menjadi jauh lebih efisien daripada tetangga-tetangganya.
No 8: Italia
Intensitas Energi: 7.118 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 8,08 milion lipat empat BTUs
Seperti banyak negara hemat energi, Italia hanya memiliki sedikit sumber daya domestik. Impor listrik mahal yang semakin mahal mendorong negeri spaghetti ini, untuk menyediakan listrik yang cukup untuk memenuhi permintaan. Sejak 1991, Badan Rencana Energi Nasional telah fokus pada efisiensi energi, sehingga Italia rakyat kini menikmati pasokan energi yang melimpah namun tetap hemat.
No 9: Jerman
Intensitas Energi: 7.396 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 14,5 milion lipat empat BTUs
Jerman memiliki cadangan besar batu bara, yang memungkinkan negara itu menciptakan lebih banyak alokasi energi dibandingkan banyak negara tetangga yang miskin sumber daya. Meski begitu Jerman tidak terlena. Buktinya konsumsi energi Jerman terbilang efisiensi Jerman. Sejak beberapa dekade, para kanselir di negara itu terus memperbaiki infrastruktur dan pengembangan sumber energi terbarukan. Meskipun masih kalah dibandingkan Inggris, denmark atau Italia, Jerman memimpin di kategori yang lain: Sebagai contoh, Jerman adalah negara terbesar di dunia untuk katagori pembangkit energi angin.
No 10: Austria
Intensitas Energi: 7.430 BTUs per dolar PDB
Konsumsi: 1.54 kuadriliun BTUs
Austria, juga mempunyai energi yang seefisien tetangganya, Jerman. Jika Jerman memiliki keuntungan dengan melimpahnya tenaga angin, Austria punya kelebihan dalam hal listrik tenaga air. Hampir setengah pasokan listrik di negara itu dipasok dari tenaga hidro-elektrik yang berasal dari tanaman. Menurut Indeks Kinerja Lingkungan, Austria adalah negara hijau ke enam di dunia. Meski begitu, Swiss masih lebih hijau dan lebih efisien.
Nah, Indonesia kapan nih bisa masuk 10 besar negara hemat energi? Ayo mulai dari sekarang !
Source: http://udayrayana.blogspot.com/2009/09/10-negara-hemat-energi.html
0 komentar:
Posting Komentar